Sunday, November 28, 2010

Goodbye Swan Valley: A warm day in the Winery


Jauh sebelum pemilik coklat lezat MRCF membuka gerai sekaligus pabriknya di Swan Valley, daerah ini sudah terkenal sebagai penghasil wine, semenjak 180 tahun lampau. Tertua di Western Australia. Local specialties mereka ada 3 jenis: Verdelho, Shiraz dan Fortifieds *nyontek-banget dotco dot-id*. Bagi para pecinta anggur berkualitas *bukan yang cap orang lansia itu*, Swan Valley jelas merupakan a-must-to-visit trail. Cakep. Layaknya Ubud yang penuh dengan galeri dan kafe, Swan Valley juga menderet atraksi yang sama, tambah wineries-breweries-distilleries (bedane opo sih?), dengan imbuhan free-tasting. Akomodasi pun banyak bertebaran. Tour operator hampir selalu memasukkan paket makan siang di salah satu dari sekian banyak wineries di Swan Valley, terutama di musim panas.

Kebun anggur pertama yang aku inget tentu cuma ada di film. Hihihi.

Ingat A Walk in the Cloud-nya Keanu Reeves?

Ingat adegan di kereta, ketika Keanu Reeves ‘dibajak’ jadi tunangan gadis yang pulang kampung?

Karena ngga punya cincin, kertas emas pembungkus coklat pun dipilin melingkar sebagai cincin tunangan tipuan. Tuh kan. Sebotol anggur, sekotak cokelat, seikat mawar, dan selembar cek........Ehm! Dibawah temaram cahaya lilin dan alunan saksofone Kenny G. Haiyahhhh....!!! *ini khayalan bebas, bukan cerita dari pilemnya*

Soal A-walk-in-the-cloud entah bagaimana cerita lengkapnya. Lupa total. Pilem jaman baheula, Boss.

Tapi aku masih ingat adegan ketika ladang anggur keluarga cewek kampung ini kena badai udara dingin sehingga perlu dihangatkan dengan api unggun dan semua orang mengipaskan udara panas. Klimaksnya tentu saja ketika terjadi kehebohan waktu ladang anggur justru terbakar.

Swan Valley vineyard, Spring 2010

Anehnya, yang ada dikepalaku, anggur tu identik dengan musim dingin. Padahal ladang anggur butuh suhu panas dan buahnya baru muncul di awal summer begini. Ketika kemarin 26 November aku ke vineyard itu, udara cukup menyengat di kisaran 33 derajat celci. Buah anggur muda bergerombol di sela-sela daun. Kelihatan sehat dan bagus kualitasnya. Sejauh mata memandang, ladang2 anggur setinggi dada, terlihat di trim bersih dan rapi.

Swan Valley vineyard, Summer 2010



Kami memutuskan berbelok ke salah satu winery. Tanya kenapa..!


Seorang gadis cantik dan berkaus merah terlihat sibuk menerangkan macam anggur produknya kepada serombongan pengunjung.


Cowok berkemeja putih garis itu menyapa kami “Hey mate, can I help you?”


Kami bilang baru ingin mengagumi kebunnya yang indah. Dia menawarkan sampel anggur putih, yang di-iya-kan oleh teman2ku.

“Are you above 20?”, dia menatap yang termuda diantara kami berlima. Yang ditanya malah kebingungan. Dia baru dua bulang datang dari Taiwan dengan Working-holiday visa.

“She’s just graduated from college,” I said.

Si cowok tersenyum.

“I’ll give you four, and you can taste a little from your friend, okay?” Empat untuk kami berlima.

“But I don’t drink, thank yo so much,” jawabku.

“You’re very polite.”

Dia beranjak dan si gadis berbaju merah mengeluarkan tiga gelas berkaki  dan menuangkan sedikit anggur putih di masing2 gelas. Salah satu yang terbaik, seingatku dia menyebut entah Shiraz atau Merlott, dan cocok untuk gadis2, katanya. Iyyalaahhh. Dia menerangkan jenisnya tapi aku ngga gitu merhatiin.

Iris dan Phoebe bilang anggurnya manis dan enak.

Tasting berikutnya, anggur yang merah. Yang ini sebaiknya diminum dingin. Sekotak kecil es batu dikeluarkan, sedikit anggur merah dituangkan, empat potong tipis keju disajikan. Wine and cheese tasting.





Iris menyesap anggurnya.

“Wouw…!”

Dia menjerit kecil. Matanya mengerjap-ngerjap.

“It’s so strong!”

Aku cuma ikut mencicip cheese-nya. Enak, ngga terlalu asin.



Setelah sesi foto2, kami meninggalkan winery. Sempat mampir juga ke kebun yang lain, tapi hanya numpang foto2 saja. Turis, ghetu lohh…hehehehe.



Sempat mampir juga di coffee shop, numpang menghirup wangi kopi2 Itali yang sangat unik. Sedap!

Dan sekali lagi, numpang foto, di Cape Lavender. Semacam coffee shop juga, dengan dekorasi serba unjuuu. Di sini aku dapati semua barang beraroma, dan berasa, lavender. Bahkan madu dan selai raspberry yang aku cicip juga berasa lavender! Produk lainnya, kayak body lotion, hand cream, facial cram atopun fragrances jangan tanya lagi. Lavender bangeet. Harum semriwing….!! Nyamuk ngga bakalan berani dekat-dekat. Hehehehhe…




And that’s the end of the story.

Good bye Swan Valley, Perth's Valley of Taste. Entah kapan bisa berkunjung  lagi.

Perth, November 2010

Saturday, November 27, 2010

Goodbye Swan Valley: Margaret River Chocolate Factory


Cokelat praline selalu mengingatkan aku pada lonceng gereja, jemaat yang saling berbisik curiga tentang toko yang baru dibuka, tatapan terpesona ke arah rak-rak kaca, gadis kecil berlari ‘bagai benih dandelion tertiup angin’ menyeberang lapangan rumput, juga Pastor yang tertangkap basah mencuri cokelat menjelang Paskah. Hihihi..Chocolate, tentu saja. Sampai sekarang aku belum lihat film yang masuk nominasi Oscar itu, tapi selalu ingin baca novelnya lagi.


Meski ngga suka cokelat karena rasanya selalu manis, dan jejaknya yang selalu ninggalin rasa gatal dan panas di tenggorokan, cokelat selalu jadi oleh2 yang paling praktis untuk dibawa tiap kali mudik. Alasannya? Pertama, gampang carinya. Coklat di jual dimana mana. Kedua, selalu diterima dengan senang hati. Ketiga, hemat merata. Hehehe. Apalagi bisa di cuwil, trus bilang, “could you take one and pass it to the other, please”. Haahah…pailiit dotcom. Terakhir, jatuhnya murah. Murah? Iyak betul sodara, karena supermarket besar macam Coles, Woolworths, Crazy Clark sampai IGA yang ngga gitu besarpun demen men-diskon coklat2 blok baik Toblerone, Lindt, Guylian, bahkan Ferrero yang mahil itu. Juga coklat Cadbury blok aneka varieties tentu saja. Lahhh…Cadbury? Bukannya di Indonesia juga banyak?

Menurut temen Aussie yang pecinta berat coklat sih, ada bedanya! Coklat Cadbury di Indonesia menggunakan susu powder, sedang yang di Aussie pakai susu segar dan full cream. Juga tingkat kemanisannya berbeda. Mana yang lebih enak? Tergantung selera. Lidahku sih ngga bisa bedain, kecuali kalo bedain antara Cadbury yang blok keras dengan yang coklat lembut dikemas bungkus individual itu. Pemenangnya? Yang lembut dooongg….Kayak cewek ya? Yang berwajah lembut kayak aku gini, suka banyak yang naksir. Ehm.


Oke. Balik ke cewek coklat cantik. Dimana dapetnya?

Ada satu rumah pembuat coklat yang asik banget  di Swan Valley, cuma kira2 setengah jam berkendara dari Perth city. Swan Valley ini sebenarnya lebih beken dengan winery berkualitas di samping Margaret River, tentu saja. Tapi Margaret River kan jauuuhh di selatan, ato di bawah Perth dalam peta.

Margaret River Chocolate Factory sebenarnya juga bermula di daerah Margaret River yang selatan itu. Baru tahun 2001 perusahaan ekspansi ke Perth untuk meraih pasar yang lebih besar. Dan untuk pengunjung, MRCF ngga segan untuk kasih tester di tiga dulang dengan dark, white dan milk chocolate. Cuma, tester yang di kasih basic banget: cokelat keping, dan bukan yang cantik2 ituuuww. Boleh ambil sesukanya sih. Buat yang suka, bisa bolak balik sendokin, ngemil sambil cuci mata. Hihihi…


Rasanya? Bahkan aku yang ngga suka cokelat pun bilang “enaakkk”.

Harganya? Bahkan aku yang ngga suka cokelat pun bilang “mahaaaall”.

Heheheh. Iyah, mahal. Tpi sebanding dengan kualitas.

Selain coklat, juga ada chutney. Apaan tuh? Ini keknya asal muasal dari India. Bentuknya persis sambal, dibuat dari buah atau sayuran ditambah dengan biji mustard, bawang bombay dan mungkin cuka atau air jeruk. Setauku chutney biasa dijodohkan dengan roti-roti tanpa ragi, macam pita bread, roti jala atopun roti maryam . Bisa juga dimakan dengan ayam bakar. Kalo di Indo sih aku tahu ada chutney mangga ato tomat. Di MRCF ada tester chutney juga. Enak.

Trus, di sini juga ada madu, jam, pickles dan olive oil. Sebangsa-nya itu lah.



Aku cuma beli 1 blok dark chocolate rasa chilli (ha, pedes dong) dengan kandungan 60% dark choc. Berat 100 gram harga AUD $6.95. Pengin beli juga? Check it out yah.











viewing window dengan sampel cokelat disebelah kanan







Ahhh...kalo ada yang suka jahat bilang "makan tu cinta" wahahhaa..mestinya dia kasih kado ini dong.

(bersambung ke cerita wine tasting ya)